Nisa Fadlilah adalah seorang wanita
sholehah. Jilbabnya yang terjulur indah menutupi seluruh lekuk tubuhnya,
Al-Quranulkarim sebagai pedomannya, berukuran kecil, sangat lucu dengan ukiran
berwarna hijau selalu ia bawa kemanapun ia pergi, menandakan dia adalah seorang
muslimah sejati. Dia adalah mahasiswi semester lima yang berkuliah di Institut
Pertanian Bogor atau IPB dan mengambil program studi Manajemen. Masa-masa
kuliah yang ia lewati terasa ringan. Semua dia lakukan penuh dengan keikhlasan.
Ia tinggal di sebuah rumah kos yang terbilang murah di kota Bogor, bersama
saudara sepupunya Nida Rahmawati yang sama-sama mahasiswi semester lima, tapi
berbeda program studi yaitu Ilmu Keluarga. Terlihat indah dan sangat rapi
dengan berbagai pernak-pernik dan gambar yang didominasi oleh warna hijau
kesukaannya menghiasi kamarnya. Menambah keceriaan, sehingga meringankan beban
hidupnya, apalagi ia jauh dari orang tuanya yang tinggal di Garut, Jawa Barat.
“Ukhti Nida, siap untuk berangkat
kuliah?” Tanya Nisa kepada saudaranya itu yang sedang bersiap-siap di sebelah
kamar kosnya.
“Belum ukhti Nisa, ana sedang
menyiapkan segala sesuatu untuk persentasiku nanti. Antum duluan sajalah...!” Jawab Nisa, dengan panggilan yang begitu
akrab.
“Ya sudah. Ana duluan ya. Assalamualaikum...”
“Hati-hati ya! Waalaikumsalam wr. wb.”
Perjalanan ditelusurinya, hanya
memerlukan waktu 15 menit untuk sampai di kampusnya. Seperti biasa, ia
berpakaian sangat rapi dengan kerudung berwarna hijau muda dan pakaian gamisnya
berwarna hijau agak tua. Sampailah ia dengan menginjakkan kakinya di gerbang
IPB. Langkah kakinya begitu anggun, tak ada sedikit pun keburukan yang terlihat
darinya. Sehingga banyak dari laki-laki maupun perempuan yang mengaguminya,
karena kebaikan akhlaknya.
Tiba-tiba seorang pria dan seorang
wanita meghampirinya. Mereka bertemu tepat di taman yang sangat indah. Adham
Ubaidillah, seorang mahasiswa semester tujuh program studi Agri Bisnis dengan wanita
yang merupakan adiknya Siti Ubaidillah yang sama-sama mengambil program studi
manajemen, Nisa dan Siti adalah teman.
“Ukhti
Siti berjalan dengan siapa ya? Sepertinya mereka berjalan ke arahku.”
Pertanyaan dalam benaknya membuat ia harus tetap tenang. Ternyata dugaan Nisa benar.
“Assalamualaikum ukhti Nisa.” Siti
menyapanya dengan senyuman indahnya.
“Waalaikumsalam.wr.wb. Eh, ukhti Siti apa kabar?” Tanya Nisa dengan
senyuman yang tak kalah mempesonanya.
“Alhamdulillah baik, bagaimana dengan antum?”
“Alhamdulillah, syukron ukhti.”
Mereka berdua saling bercipika-cipiki
begitu akrabnya. Tak terlewatkan Nisa pun memberi senyum dan mengucapkan salam
kepada Adham Ubaidillah. Entah suatu rasa apa yang terlintas dalam hati
kecilnya. Dia rasa ada suatu getaran cinta, ketika ia menatap lelaki itu. Ia
langsung menundukkan pandangannya, tak ingin lebih jauh lagi ke dalam gejolak
cintanya.
“Astaghfirullahal’adzim.” Dzikir dalam
hatinya.
“Ukhti
Nisa, ada yang ingin Abangku sampaikan kepadamu.” Kata Siti dengan wajah
berseri-seri.
Ternyata
Adham Ubaidillah sudah menyimpan rasa suka kepada Nisa sejak pertama kali ia
melihatnya. Kesholehan, kepintaran, keanggunan, dan parasnya yang cantik
ditambah dengan cerita-cerita adiknya bahwa Nisa adalah seorang yang baik,
membuat Adham terdecak kagum olehnya. Sehingga terpikir olehnya untuk menikahi
sang gadis impiannya itu. Namun, ia ditutupi rasa malu, apakah ia pantas
memilikinya. Tanpa embel-embel
apapun, tak seperti kebanyakan lelaki yang selalu menggombal kepada wanita.
Adham pun langsung berkata,
“Maukah engkau menjadi pendamping
hidupku? Semoga Allah meridhoi dan menyatukan apa yang dianugerahkan kapadamu
dan aku.”
Indah nian dunia ini. Perasaan Nisa
melayang tak karuan, berusaha tetap tenang dan selalu saja beristighfar dalam
hatinya. Apakah Adham adalah jodohnya. Tiba-tiba Nida datang yang mungkin sudah
lama medengar percakapan mereka dan berkata,
“Sudah terima saja!!! Hiks... hiks...
hiks” Kata Nida dengan kejahilannya.
“Maaf akhi! Ana perlu waktu
untuk memutuskan ini semua.” Kata Nisa membuat Adham sedikit kecewa. Tapi Adham
yakin dengan kekuatan cintanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar