bismillah

bismillah

Rabu, 26 Februari 2014

CERPEN: Andai Anugerah Engkau dan Aku Disatukan


Nisa Fadlilah adalah seorang wanita sholehah. Jilbabnya yang terjulur indah menutupi seluruh lekuk tubuhnya, Al-Quranulkarim sebagai pedomannya, berukuran kecil, sangat lucu dengan ukiran berwarna hijau selalu ia bawa kemanapun ia pergi, menandakan dia adalah seorang muslimah sejati. Dia adalah mahasiswi semester lima yang berkuliah di Institut Pertanian Bogor atau IPB dan mengambil program studi Manajemen. Masa-masa kuliah yang ia lewati terasa ringan. Semua dia lakukan penuh dengan keikhlasan. Ia tinggal di sebuah rumah kos yang terbilang murah di kota Bogor, bersama saudara sepupunya Nida Rahmawati yang sama-sama mahasiswi semester lima, tapi berbeda program studi yaitu Ilmu Keluarga. Terlihat indah dan sangat rapi dengan berbagai pernak-pernik dan gambar yang didominasi oleh warna hijau kesukaannya menghiasi kamarnya. Menambah keceriaan, sehingga meringankan beban hidupnya, apalagi ia jauh dari orang tuanya yang tinggal di Garut, Jawa Barat.

            “Ukhti Nida, siap untuk berangkat kuliah?” Tanya Nisa kepada saudaranya itu yang sedang bersiap-siap di sebelah kamar kosnya.
“Belum ukhti Nisa, ana sedang menyiapkan segala sesuatu untuk persentasiku nanti. Antum duluan sajalah...!” Jawab Nisa, dengan panggilan yang begitu akrab.
“Ya sudah. Ana duluan ya. Assalamualaikum...”
“Hati-hati ya! Waalaikumsalam wr. wb.”
Perjalanan ditelusurinya, hanya memerlukan waktu 15 menit untuk sampai di kampusnya. Seperti biasa, ia berpakaian sangat rapi dengan kerudung berwarna hijau muda dan pakaian gamisnya berwarna hijau agak tua. Sampailah ia dengan menginjakkan kakinya di gerbang IPB. Langkah kakinya begitu anggun, tak ada sedikit pun keburukan yang terlihat darinya. Sehingga banyak dari laki-laki maupun perempuan yang mengaguminya, karena kebaikan akhlaknya.
Tiba-tiba seorang pria dan seorang wanita meghampirinya. Mereka bertemu tepat di taman yang sangat indah. Adham Ubaidillah, seorang mahasiswa semester tujuh program studi Agri Bisnis dengan wanita yang merupakan adiknya Siti Ubaidillah yang sama-sama mengambil program studi manajemen, Nisa dan Siti adalah teman.
Ukhti Siti berjalan dengan siapa ya? Sepertinya mereka berjalan ke arahku.” Pertanyaan dalam benaknya membuat ia harus tetap tenang. Ternyata dugaan Nisa benar.
“Assalamualaikum ukhti Nisa.” Siti menyapanya dengan senyuman indahnya.
“Waalaikumsalam.wr.wb. Eh, ukhti Siti apa kabar?” Tanya Nisa dengan senyuman yang tak kalah mempesonanya.
“Alhamdulillah baik, bagaimana dengan antum?”
“Alhamdulillah, syukron ukhti.”
Mereka berdua saling bercipika-cipiki begitu akrabnya. Tak terlewatkan Nisa pun memberi senyum dan mengucapkan salam kepada Adham Ubaidillah. Entah suatu rasa apa yang terlintas dalam hati kecilnya. Dia rasa ada suatu getaran cinta, ketika ia menatap lelaki itu. Ia langsung menundukkan pandangannya, tak ingin lebih jauh lagi ke dalam gejolak cintanya.
“Astaghfirullahal’adzim.” Dzikir dalam hatinya.
Ukhti Nisa, ada yang ingin Abangku sampaikan kepadamu.” Kata Siti dengan wajah berseri-seri.
Ternyata Adham Ubaidillah sudah menyimpan rasa suka kepada Nisa sejak pertama kali ia melihatnya. Kesholehan, kepintaran, keanggunan, dan parasnya yang cantik ditambah dengan cerita-cerita adiknya bahwa Nisa adalah seorang yang baik, membuat Adham terdecak kagum olehnya. Sehingga terpikir olehnya untuk menikahi sang gadis impiannya itu. Namun, ia ditutupi rasa malu, apakah ia pantas memilikinya. Tanpa embel-embel apapun, tak seperti kebanyakan lelaki yang selalu menggombal kepada wanita. Adham pun langsung berkata,
“Maukah engkau menjadi pendamping hidupku? Semoga Allah meridhoi dan menyatukan apa yang dianugerahkan kapadamu dan aku.”
Indah nian dunia ini. Perasaan Nisa melayang tak karuan, berusaha tetap tenang dan selalu saja beristighfar dalam hatinya. Apakah Adham adalah jodohnya. Tiba-tiba Nida datang yang mungkin sudah lama medengar percakapan mereka dan berkata,
“Sudah terima saja!!! Hiks... hiks... hiks” Kata Nida dengan kejahilannya.

“Maaf akhi! Ana perlu waktu untuk memutuskan ini semua.” Kata Nisa membuat Adham sedikit kecewa. Tapi Adham yakin dengan kekuatan cintanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer